Posted by : Unknown
Masa Adven mengalami perkembangan dalam
kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit ditentukan dengan
tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa Adven
merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para
calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip
dengan Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung
selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun
380, Konsili lokal Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa
sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal
Macon, Perancis, pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11
November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman
berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa
menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga
abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan
ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap mulai lebih
membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut tradisi
diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang
pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian
hari, Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan
menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad
kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun
penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn
1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.
Meskipun sejarah Adven agak “kurang
jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven
berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus
Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan
liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan
demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama
menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya
kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524).
Oleh sebab itu, di satu pihak, umat
beriman merefleksikan kembali dan didorong untuk merayakan kedatangan
Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali
misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil
rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan
kita dari dosa. Di lain pihak, kita ingat dalam Syahadat bahwa Kristus
akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita
harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk
membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang
Lingkaran Adven. Lingkaran Adven merupakan suatu lingkaran, tanpa awal
dan akhir: jadi kita diajak untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita,
di sini dan sekarang ini, ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan
Allah yang kekal dan bagaimana kita berharap dapat ikut ambil bagian
dalam kehidupan kekal di kerajaan surga. Lingkaran Adven terbuat dari
tumbuh-tumbuhan segar, sebab Kristus datang guna memberi kita hidup baru
melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Tiga batang lilin berwarna
ungu melambangkan tobat, persiapan dan kurban; sebatang lilin berwarna
merah muda melambangkan hal yang sama, tetapi dengan menekankan Minggu
Adven Ketiga, Minggu Gaudate, saat kita bersukacita karena persiapan
kita sekarang sudah mendekati akhir. Terang itu sendiri melambangkan
Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk menghalau kuasa gelap
kejahatan dan menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. Gerak maju
penyalaan lilin setiap hari menunjukkan semakin bertambahnya kesiapan
kita untuk berjumpa dengan Kristus. Setiap keluarga sebaiknya memasang
satu Lingkaran Adven, menyalakannya saat santap malam bersama dan
memanjatkan doa-doa khusus. Kebiasaan ini akan membantu setiap keluarga
untuk memfokuskan diri pada makna Natal yang sebenarnya.
Fr http://putrikei.blogspot.com/2010/11/asal-mula-masa-adven.html